Koran Tempo, 5 Maret 2016
Kemakmuran
ternyata bukan melulu soal seberapa banyak materi atau kekayaan yang
dikumpulkan suatu negara. Kekayaan memang merupakan salah satu faktor penentu
utama kemakmuran, tapi bukan segalanya. Dimensi kemakmuran lebih luas dari
sekadar akumulasi kekayaan materi. Ia juga mencakup dimensi non-materi, seperti
kegembiraan hidup dan prospek untuk membangun hidup yang lebih baik di masa
mendatang.
Legatum
Institute, sebuah lembaga think-tank yang berkedudukan di London, mencoba
membangun sebuah indikator yang diupayakan mampu mengukur sebaik mungkin
kemakmuran suatu negara secara multi-dimensi. Indikator tersebut tidak hanya didasarkan
pada pendapatan, tapi juga sejumlah dimensi kualitatif yang merepresentasikan
kesejahteraan (well-being).
Indikator
yang dikembangkan tersebut dikenal sebagai Legatum Prosperity Index yang
diluncurkan setiap tahun sejak 2009. Indeks tersebut merupakan indeks komposit
yang mencakup 89 variabel, dari variabel klasik seperti PDB per kapita, jumlah
penduduk yang bekerja penuh waktu, hingga jumlah server Internet aman yang
dimiliki suatu negara serta kenyamanan warganya.
Variabel-variabel
tersebut kemudian dipilah ke delapan sub-indeks. Masing-masing adalah ekonomi,
kesempatan dan kewirausahaan, tata kelola pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
keselamatan dan keamanan, kebebasan individu, serta modal sosial.
Belum lama
ini, Legatum Institute meluncurkan Legatum Prosperity Index 2015. Hasil
penghitungan yang melibatkan 142 negara pada tahun ini tersebut menunjukkan
bahwa posisi lima negara termakmur sejagat berturut-turut ditempati oleh
Norwegia, Swiss, Denmark, Selandia Baru, dan Swedia.
Secara
umum, negara-negara di kawasan Eropa mendominasi kelompok 30 negara dengan
indeks kemakmuran tertinggi. Meski demikian, sejumlah negara di kawasan Asia
mampu menempatkan diri dalam jajaran 30 negara termakmur tersebut, yakni
Singapura yang berada pada peringkat ke-17, Jepang ke-19, Hong Kong ke-20,
Taiwan ke-21, dan Uni Emirat Arab ke-30.
Capaian
Indonesia
Lalu,
bagaimana dengan capaian Indonesia? Hasil penghitungan tersebut memperlihatkan
Indonesia berada di peringkat ke-69 dan termasuk dalam kelompok 40 negara di dunia
dengan kategori kemakmuran menengah-atas (upper-medium).
Meski tidak
termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat kemakmuran tinggi di dunia,
Indonesia merupakan salah satu negara dengan capaian terbaik dalam menggenjot
tingkat kemakmuran warganya. Dalam laporannya, Legatum Institute menyebutkan
bahwa Indonesia berhasil meloncat 21 peringkat dalam tujuh tahun terakhir.
Capaian
membanggakan tersebut antara lain ditunjang oleh perkembangan kondisi
perekonomian nasional yang mengesankan dan keberhasilan dalam mendorong
kewirausahaan dalam tujuh tahun terakhir. Indonesia berhasil melompat 23
peringkat untuk sub-indeks ekonomi serta 14 peringkat untuk sub-indeks
kesempatan dan kewirausahaan.
Sejumlah
capaian Indonesia yang juga disoroti Legatum Institute adalah keberhasilan
dalam menurunkan biaya memulai usaha dari 26 persen menjadi 21,1 persen
terhadap pendapatan nasional bruto per kapita. Selain itu, ada peningkatan
akses masyarakat terhadap jaringan Internet yang tecermin dari peningkatan
jumlah server Internet aman sebesar 5,3 persen, dan lonjakan proporsi penduduk
yang menyatakan puas terhadap standar hidupnya dari 63 persen menjadi 71
persen. ●
Namun bukan
berarti sejumlah capaian tersebut lantas membuat Indonesia boleh cepat berpuas
diri. Pasalnya, laporan Legatum Institute juga memperlihatkan bahwa peringkat
indeks kemakmuran Indonesia relatif tertinggal dibandingkan dengan sejumlah
negara tetangga di kawasan ASEAN. Selain tertinggal jauh dari Singapura, dalam
soal kemakmuran, Indonesia berada di belakang Malaysia yang menempati peringkat
ke-44, Thailand ke-48, dan Vietnam ke-55.
Meski
peringkat Indonesia untuk sub-indeks ekonomi sudah cukup memuaskan dengan
menempati peringkat ke-39, pertumbuhan ekonomi harus terus digenjot dengan
mendorong investasi. Dengan cara ini, lapangan kerja akan tercipta dan
pendapatan masyarakat dapat ditingkatkan.
Faktanya,
hingga triwulan III 2015, pertumbuhan ekonomi nasional hanya sebesar 4,73
persen terhadap triwulan yang sama tahun lalu. Perlambatan ekonomi yang terus
berlanjut tentu bakal menggerus standar hidup masyarakat, yang antara lain
tecermin dari peningkatan jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran.
Data Badan
Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa jumlah penduduk miskin pada Maret
2015 mencapai 28,59 juta orang atau bertambah sebanyak 0,86 juta orang
dibanding September 2014. Sementara itu, angka pengangguran terbuka mencapai
7,56 juta orang pada Agustus 2015 atau mengalami peningkatan sebanyak 320 ribu
orang dibanding Agustus 2014.
Capaian
Indonesia juga cukup memuaskan untuk sub-indeks modal sosial. Hal ini memberi
konfirmasi bahwa kohesi sosial dan hubungan kekeluargaan masih relatif kuat
pada masyarakat Indonesia. Namun patut dicamkan, kesenjangan ekonomi yang saat
ini semakin melebar merupakan ancaman serius yang dapat memperlemah kohesi
sosial tersebut.
Diketahui,
pada 2014, rasio Gini—indikator yang mengukur ketimpangan distribusi
pendapatan—telah mencapai 0,41 atau telah memasuki skala medium. Karena itu, di
samping memacu pertumbuhan ekonomi, pada saat bersamaan pemerintah juga harus
mewujudkan pemerataan.
Peningkatan
juga harus diupayakan pada sub-indeks lain yang capaiannya belum memuaskan.
Legatum Institute melaporkan, peringkat Indonesia untuk sub-indeks
kewirausahaan dan kesempatan adalah 90, tata kelola pemerintahan 78, pendidikan
78, kesehatan 93, keselamatan dan keamanan 70, serta kebebasan individu 123.
Angka-angka
itu sejatinya menunjukkan bahwa ada sederet tantangan yang harus segera
dibereskan. Misalnya, tingginya kasus korupsi yang melibatkan aparat pemerintah
dan birokrasi, rendahnya kualitas pendidikan, dan buruknya infrastruktur
kesehatan. Juga, kesulitan dalam berwirausaha, meningkatnya kriminalitas, dan
kekerasan terhadap kelompok minoritas yang terjadi belakangan ini.
Upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat, selain meningkatkan
kinerja pembangunan ekonomi, antara lain memberantas korupsi melalui penegakan
hukum yang tegas dan reformasi birokrasi serta peningkatan akses dan mutu
pendidikan. Juga, penyediaan infrastruktur kesehatan yang memadai terutama di
daerah terpencil, meningkatkan kemudahan berwirausaha, mewujudkan keamanan
nasional dan keselamatan individu, serta memperkuat toleransi sosial terutama
terhadap kelompok minoritas.
Ingin trading forex mudah dan cepat?
BalasHapusBuat Anda yang belum pernah main trading forex, kami punya akun pembelajaran FREE untuk Anda
- - - - - - - - - - - -
Mengapa DetikTrade?
1. Teregulasi FCA
2. Deposit minimal 50ribu
3. Menggunakan Bank lokal
4. Bonus DP awal 10%** T&C Applied
Dan masih banyak lagi, keuntungan yang Anda dapat
Trading sekarang juga. Pendaftaran gratisss bersama kami www.detiktrade.com
- - - - - - - - - - - - -
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
WA : 087752543745
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
BalasHapusayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
WA : +85587781483
bagaimana cara menghitung indikator sehat versi The Legatum?
BalasHapusapakah ada lagi informasi atau artikel lain tentang The Legatum dalam bahasa indonesia?
BalasHapus